Kilas Balik Pemikiran Dan Kiprah Syekh Abdurrauf As-Singkili
https://www.singkilnews.id/2022/09/kilas-balik-pemikiran-dan-kiprah-syekh.html
SINGKILNEWS.ID-Syekh Abdurrauf As-Singkili, Lahir di Suro(saat ini Desa Tanjung Mas, Kecamatan Simpang kanan) Aceh Singkil.Tahun 1592 M dan wafat di kuala,Banda Aceh Tahun 1695 M. Pernah menjadi Mufti Agung atau qadi Malikul Adil di kerajaan kesultanan Aceh Darussalam beliau ulama yang pertama sekali menterjemahkan Alquran dalam bahasa Melayu pertama di dunia serta menulis sejumlah kitab.
Disdikbud,Khalilullah,S.pd,kepada Sukri Malau,Pemred Singkilnews.id
Sekitar abad ke-7 hingga awal abad ke-20, Singkil termasuk salah
satu daerah yang hebat di Nusantara. Namanya, tersohor sampai ke seantero
dunia. Tersohornya Singkil itu, bukan saja karena wilayahnya banyak
menghasilkan sumber daya alam yang khas, seperti rempah-rempah, kapur barus,
kayu kapur, rotan, minyak nilam, dan komoditi ekspor lainnya. Tetapi juga,
Singkil, kala itu, banyak didatangi saudagar-saudagar dan disinggahi kapal-kapal
asing dari berbagai negara. Ada yang datang dari negara Asia, Eropa, dan Afrika.
Bahkan ada pula yang datang dari Timur Tengah, dan Amerika. Kedatangan kapal
dan saudagar-saudagar itu ke Singkil, bertujuan untuk melakukan transaksi
dagang dan mengangkut hasil bumi yang dimiliki Singkil.
Tidak itu saja, populernya Singkil juga, karena negeri yang berada di bibir
pantai Samudera Hindia itu, banyak melahirkan ulama karismatik, bertalenta, dan
berkelebihan. Kelebihan itu, tidak saja terlihat masa mereka masih hidup,
melainkan juga setelah mereka wafat. Bahkan, ada dua ulama kelahiran Singkil,
yakni Syekh Abdurrauf dan Syekh Hamzah Fansuri, yang tingkat keulamaan dan
ketinggian ilmu keduanya tidak diragukan lagi. Telah diakui oleh beberapa ilmuan,
baik pada masa dulu maupun sekarang.
Kerajaan Aceh Darussalam menjadi kerajaan Islam yang hebat dan
menjadi pusat tamaddun di Nusantara. Bahkan, menjadi lima kerajaan Islam
terbesar di dunia, berkat andil Syekh Abdurrauf As-Singkili dan Syekh Hamzah
Fansuri yang notabene putra Singkil.
Karena itu, tak ayal, Singkil dengan Kerajaan Aceh Darussalam, memiliki
keterkaitan dan pertalian historis. Ada benang merah sejarah terbuhul erat.
Sehingga begitu orang mendengar dan menyebut nama Kerajaan Aceh
Darussalam, pasti memori ingatan tertuju kepada dua ulama besar Syekh
Abdurrauf As-Singkili (Syiah Kuala) yang ketika itu, ia berperan sebagai Mufti
Agung Malikul Adil di Kerajaan tersebut dan Syekh Hamzah Fansuri sebagai
ulama dan penasihat spritual raja.
Syekh Abdurrauf kelahiran Singkil tahun 1592 (versi lain tahun 1620)
yang bernama lengkap Aminuddin Abdul Rauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri AsSingkili, tidak hanya menjadi “dedengkot” kerajaan. Akan tetapi, ia juga
berperan sebagai aktor di panggung pergulatan cendekiawan dunia.
Hal ini dibuktikan, dengan banyaknya karangan atau karya beliau ( konon mencapai 30-an
buah kitab). Karyanya itu mulai dari ilmu tasawuf, fikih, hukum Islam hingga
bidang tafsir (ulumul Al-Quran).
Kitab-kitab yang ditulis Syekh Abdurrauf As-Singkil, merupakan hasil
kontemplasi dan refleksi dari kemampuan dan ketinggian ilmu yang telah
ditimbahnya, baik ketika berada di Singkil, Samudra Pase, maupun di Timur
Tengah atau ke Hijaz (Azra, 2004:72) selama 19 tahun pada 27 orang guru
besar. 15 orang di antara, adalah ahli tarekat. Guru-gurunya itu, seperti Syekh
Ali Fansuri (ayahnya sendiri), Syekh Ahmad Kusyasyi, Muhammad Al-Babili,
Muhammad al-Barzanji, Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Ibrahim bin Abdullah
Jam’an, Syekh Ibrahim al-Kurani, dan Syekh Nuruddin Ar-Raniry.
Karena ketinggian ilmu yang dimiliki Syekh Abdurrauf As-Singkili luar
biasa, nyaris semua tulisan-tulisannya (kitabnya), isinya sangat bernas,
mencerahkan, bertenaga, dan menjadi masterpiece atau karya agung nan
diagungkan dalam kancah intelektual dunia.
Salah satu mahakarya Syekh Abdurrauf As-Singkili yang dianggap
fenomenal, yakni tafsir Tarjuman Al Mustafid. Tafsir ini merupakan karya yang
pertama di Nusantara. Hingga kini, tafsir tersebut masih dapat ditemui. Karena
tafsir tersebut telah dicetak dan diterbitkan di Indonesia, Istanbul Turki,
Singapura, Penang, Malaysia; Bombay, India, Afrika Selatan, serta kawasan
Timur Tengah, seperti Kairo dan Mekkah.
Selain tafsir, masih banyak karya Syekh Abdurrauf As-Singkili yang
terkenal dan menjadi rujukan. Tak hanya dalam bahasa Melayu juga dalam bahasa
Arab.
Di antaranya, Syarh (penjelasan) Hadits Arba’in Imam An-Nawawi. Dia
menulisnya atas permintaan Sultanah Zakiyyatuddin. Kemudian, di bidang fikih,
Mir’at al- Thullab fî Tasyil Mawa’iz al-Badî’rifat al-Ahkam al-Syar’iyyah li Malik
al- Wahhab yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatuddin.
Ada lagi Mawa’iz Al Badi yang berisi nasihat tentang akhlak Muslimin.
Kemudian, Daqaiq Al Hurf mengenai pengajaran tasawuf dan teologi serta
Kifayat al-Muhtajin ila Masyrah al- Muwahhidin al-Qailin bi Wahdatil Wujud
berisi konsep wihdatul wujud.
Kesemua karya Syekh Abdurrauf As-Singkili tentang fikih dan hukum
Islam, tasawuf, bidang tafsir dan Ulumul Al-Quran itu, yang ditulisnya membuat dia sangat tersohor. Di samping itu, dengan kepiawaian dan ketinggian ilmu serta
pengalaman yang “berjubel”, Syekh Abdurrauf As-Singkili juga mengajar
sehingga menghasilkan banyak murid yang tersebar ke penjuru dunia.
Murid Syekh Abdurrauf As-Singkili di antaranya : Baba Daud Bin Agha
Ismail Bin Agha Mustata Al-Jawi Ar-Rumi, seorang ulama keturunan Roma. Murid
beliau yang lain adalah Syekh Burhanuddin Ulakan Pariaman beliau ini disebut
sebagai Penyebar agama Islam pertama di Minangkabau, Sumatera Barat.
Di Jawa Barat murid beliau adalah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Beliaun
ini disebut sebagai orang pertama yang membawa Tarekat Syatariyah ke Jawa
Barat dan selanjutnya berkembang ke seluruh tanah Jawa.
Di tanah Bugis murid beliau adalah Syeikh Yusuf Tajul Maukatsi, di
Semenanjung Melayu (Malaysia) murid Syekh Abdurrauf As-Singkili yang paling
terkenal adalah Syeikh Abdul Malik bin Abdullah Trengganu atau lebih populer
dengan gelar Datok Pulau Manis yang mengarang banyak Kitab di antaranya Kitab
Kifayah.
Menyadari dan mencermati hal itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh
Singkil melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, telah menggelar seminar yang
bertema "Kilas Balik Syekh Abdurrauf As-Singkili Dalam Memacu Pembangunan
Aceh Singkil" di Gedung Seni-Budaya Pulo Sarok, Senin-Rabu (20-22/12/2021).
Dalam seminar yang dihadiri sebanyak 80 orang peserta yang terdiri dari
akademisi, budayawan, guru, santri, dan berbagai tokoh masyarakat Aceh Singkil
menghadirkan narasumber, yakni Drs. H. Muaz Vohry, akademisi UIN Ar Raniry,
masing-masing Dr. Teungku Damanhuri Basyir, M Ag, dan Dr. T. Lembong
Misbah, dan Prof. Dr. Misri A Muchsin serta sejarawan USK Dr. Husaini Ibrahim,
MA.
Setelah pembukaan Senin dua hari ke depannya, Selasa hingga Rabu,
digelar penyampaian materi seminar. Drs H Muaz Vohry, MM membahas topik
Menyingkap Tabir Kehidupan Syekh Abdurrauf As-Singkil.
Sedangkan Dr. Teungku Damanhuri Basyir mengetengahkan topik, Karyakarya Fenomenal Syekh Abdurrauf As-Singkil. Syekh Abdurrauf As-Singkili
Ulama Besar dan Kualitas Intelektualnya dipaparkan oleh Dr. T. Lembong
Syekh Abdurrauf As-Singkili Dalam Membuka Jaringan Ulama Nusantara
di Dunia Internasional disampaikan oleh Prof. Dr. Misri A. Muchsin.
Sementara
akademisi dari USK, Dr. Husaini Ibrahim, MA akan membahas topik, Peran Syekh
Abdurrauf Dalam Membentuk Tradisi keacehan.
Dari lima orang narasumber, empat orang pemateri berasal dari akademisi
UIN Ar-Raniry Darussalam dan satu orang dari sejarawan Universitas Syiah
Kuala (USK). Tiga di antara narasumber, adalah putra asli Aceh Singkil, yakni
Drs. H. Muazd Vohry, MM, Dr. Teungku Damanhuri Basyir, Mag, dan Dr. T.
Lembong Misbah, MA.
Melalui kegiatan ini, pemerintah ingin menggali kembali pemikiran dan
peran yang telah dilakukan Syekh Abdurrauf As-Singkili sehingga nanti bisa
menginspirasi para pengambil kebijakan dalam membangun Aceh Singkil ke depan.
Di samping itu dengan adanya seminar ini bisa membuka wawasan dan
semakin mengenali sosok Syekh Abdurrauf As-Singkil sebagai ulama besar yang
namanya sudah tersohor ke berbagai negara.
Kelima narasumber dengan piawai, telah sukses memaparkan makalah
mereka tentang Syekh AbdurraufAs-Singkili. Peserta seminar ada yang puas,
masih penasaran, dan ada pula yang tidak puas sama sekali.
Ini adalah sesuatu
yang lazim dalam sebuah seminar.
Akan tetapi, setelah seminar ini selesai, panitia telah menyusun prosiding
yang dikemas dalam bentuk buku yang isinya memuat makalah narasumber secara
utuh, laporan pandangan mata seminar, foto-foto seminar serta butir-butir
rekomendasi.
Ini dilakukan di samping pertanggungjawaban pada publik juga agar sosok
Syekh Abdurrauf As-Singkili lebih dikenal secara luas. Lebih penting lagi, isi
prosiding ini nanti, bisa dijadikan sebagai pedoman dan batu pijak, program atau
flat form untuk membangun Aceh Singkil lebih cemerlang.(red)
Sumber: buku Syekh Abdurrauf As-Singkili