Mesjid Aceh dan Tantangan Masa Depan

Mesjid Raya Baiturraman



SINGKILNEWS.ID-Nanggroe Aceh Darussalam,-  Sebagai daerah yang dijuluki Serambi Mekkah, di Nanggroe Aceh Darussalam cukup banyak dijumpai mesjid kuno sebagai salah satu warisan budaya Islam yang sangat penting.Mesjid kuno di Aceh memiliki ciri khas tersendiri baik ditinjau dari segi perletakan, struktur bangunan,
arsitektur, ragam hias, fungsi dan lain-lainnya,minggu(10/7/2022).

Bangunannya didirikan di atas perletakan tanah yang menghadap kiblat,dengan bahan bangunan yang terdiri dari material-material yang ada di sekitar seperti batu gunung, tanah liat, kayu dan daun rumbia. Atap berbentuk tumpang dan pelana,Apabila dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan mesjid di Indonesia, maka hal ini terjadi seirama dengan proses penyiaran Islam itu sendiri. 

Oleh karena itu pembangunan mesjid mengikuti pola perkembangannya sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu. Dari daerah asalnya Aceh, Islam kemudian berkembang ke daerah-daerah lainnya.
Tentu saja mesjid di daerah ini merupakan mesjid-mesjid yang tertua di Indonesia. Kemudian pembangunannya dilakukan dan berkembang ke kawasan Sumatra lainnya, ke Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan daerah-daerah lainnya.

Dalam perkembangan berikutnya model ”Mesjid Aceh” yang sudah dikenal di Nusantara banyak dijadikan sebagian model pembangunan mesjid lainnya di Indonesia. Pembangunan mesjid ”Muslim Pancasila” misalnya adalah mengambil contoh mesjid Aceh yang selama ini diakui sebagai mesjid ”Para Wali” di Jawa.

Dapat dipahami bahwa diantara para wali di Jawa ada yang berasal dari Aceh atau memiliki garis keturunan dengan”Para Wali” dari Nanggroe Aceh Darussalam.

Di Kota Banda Aceh terdapat empat buah mesjid kuno yang
memiliki nilai historis yang tinggi. Keempat mesjid tersebut adalah Mesjid Raya Baiturrahman, Mesjid Teungku Di Anjong, Mesjid Teungku Di Bitai dan Mesjid Ulee Lheu. Diantara mesjid tersebut yang cukup terkenal,adalah Mesjid Raya Baiturrahman yang terletak di tengah-tengah Kota Banda Aceh. 

Sebagai peninggalan sejarah mesjid tersebut tercatat dalam
inventaris Nasional. Berikut akan dijelaskan riwayat singkat dari dua buah mesjid tersebut yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, yaitu Mesjid Teungku Di Anjong dan Mesjid Ulee Lheu.
Mesjid Teungku Di Anjong terletak di desa/kelurahan Pelanggahan Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. Mesjid ini didirikan pada abad 18 Masehi oleh seorang ulama yang berasal dari Arab Saudi (Hadramaut)Yang bernama Syekh Abubakar Bin Husin Bafaqih.

Mesjid ini didirikan dengan konstruksi semi permanen bergaya Timur Tengah, dengan atap tumpang yang sudah dimodifikasi sebagai ciri khas Mesjid Aceh, Bahan dasar bangunan mesjid Teungku Di Anjong terdiri dari kayu, seng, semen,batu, papan dan mar-mar. Status tanah bangunan mesjid ini adalah tanah wakaf dengan luas situs 4 Ha.

Dalam sejarah tercatat bahwa mesjid ini didirikan ketika kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Alaiddin Mahmud Syah(1287-1290 H/1870-1874 M).Beliau merupakan seorang raja yang arif,alim terutama dalam hukum Islam dan menaruh minat yang besar terhadap perkembangan agama Islam termasuk mendirikan mesjid.

Nama mesjid Teungku di Anjong adalah sebuah julukan yang
diberikan masyarakat Pelanggahan dimana tempat mesjid itu berdiri untuk mengenang dan menghormati sang ulama tokoh pendiri mesjid tersebut.

Penobatan nama Teungku di Anjong adalah gelar yang dianugerahkan dengan ungkapan Tengku yang ”dianjong” yang berarti disanjung atau di muliakan.

Syekh Abubakar Husin Bafaqih atau yang dikenal dengan ”Teungku di Anjong” sebelum mendirikan mesjid terlebih dahulu memanfaatkan rumahnya yang sangat sederhana sebagai tempat pengajian dan asrama bagi murid–muridnya yang memperdalam agama Islam dan bermalam di sana. 

Oleh karena perkembangannya semakin hari semakin pesat, rumahnya tidak mampu lagi menampung murid–muridnya, akhirnya beliau mendirikan mesjid yang bukan hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga dimanfaatkan untuk bermusyawarah, kepentingan pengajian, dan lain–lainnya.

Kemudian mesjid tersebut dikenal dengan mesjid Teungku di Anjong sesuai dengan julukan yang diberikan masyarakat kepada ulama Syekh Abubakar bin Husin Bafaqih sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Mesjid Teungku di Anjong selain berfungsi sebagai sarana tempat shalat dan kegiatan - kegiatan ibadah lainnya, pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia mesjid ini pernah dijadikan markas perjuangan kemerdekaan oleh laskar perjuangan Aceh dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari rongrongan penjajah Belanda (Zein,1999:21). 

Jadi mesjid Teungku di Anjong tercatat sebagai salah satu mesjid bersejarah di Kota Banda Aceh.Mesjid Ulee Lheu terletak di desa Ulee Lheu kecamatan Meuraksa
Kota Banda Aceh. Menurut catatan inventaris benda cagar budaya tidak bergerak di Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan oleh kantor
suaka peninggalan sejarah dan purbakala Aceh dan Sumatera Utara tahun 2001 luas situs mesjid Ulee Lheu 172 M2,kepemilikan negara yang didirikan di atas tanah berstatus waqaf.

Mesjid Uee Lheu yang merupakan bangunan abad 19 M sudah mengalami perbaikan pada tahun 1989 atas biaya swadaya masyarakat,akibat perbaikan ini, mesjid tersebut tidak insitu lagi.

Mengunjungi mesjid ini dapat ditempuh melalui jalan Sultan Iskandar Muda kira-kira 5 km arah barat Kota Banda Aceh.
Melihat gaya mesjid ini dari arah timur laut mirip gaya gotik (Eropa),terutama pada lengkungan pilar pintu masuk dan sayap. Mesjid ini tidak
memiliki kubah dan tidak ada menara, atapnya terdiri dari seng. 

Pada bagian puncak serambi mesjid ini terdapat ukiran Al-Qur’an yang mirip dengan bentuk kubah. Mesjid ini sudah banyak mengalami perubahan,terutama pada dasar mesjid seperti lantai sudah menggunakan cor beton dan balok sebagai tiang penyangga.

Beberapa hiasan dijumpai pada mesjid ini seperti pada tangga mesjid dan dinding terdapat pola hias kaligrafi bahasa arab, ada belah ketupat dan sulur-sulur daun, setangkai bunga teratai. Jendela mesjid ini dibuat dari kayu jati dengan model gaya Eropa. Nampaknya mesjid ini masih terawat dengan rapi, tetap berfungsi dengan baik. Letaknya yang strategis di persimpangan jalan Ulee Lheu selalu banyak dikunjungi dan dipandang orang. 

Mesjid ini merupakan salah satu harapan dan kebanggaan masyarakat khususnya warga Ulee Lheu, namun sayang musibah gempa dan tsunami 26 Desember 2004 telah menghancurkan sebagian mesjid ini.(Red)

Sumber : elitnesia.com

Related

SOSIAL 5057527402649074838

Post a Comment

emo-but-icon

item