Dalam Investasi UEA di Pulau Banyak Aceh Singkil, Kowas-LSG menolak Keikutsertaan China
Singkilnews.id-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan beberapa saat yang lalu menyampaikan perihal perkembangan rencana investasi Uni Emirat Arab (UEA) senilai 500 juta dollar AS atau Rp7,1 Triliun di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
“Ada satu proyek senilai 500 juta dolar AS yang mereka ingin
investasikan dan mereka sudah meninjau dan sudah bicara. Dan saya bertelepon,
tetap berkomunikasi dengan Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab (UEA)
Suhail Mohammed Al Mazrouei,"
"Pada tanggal 13, 14, 15 (September) mereka akan datang
ke Indonesia lagi untuk berbagai proyek kerja sama Indonesia-Abu Dhabi,”
katanya dalam sambutannya pada acara Kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan
Indonesia #PasarLautIndonesia di Aceh, Rabu (8/9/2021) seperti dikutip dari
lamannya Antara.
Meski membawa kabar baik soal progres investasi di tanah
rencong, Luhut meminta masyarakat agar tidak marah karena dalam investasi
tersebut nantinya akan ada campur tangan China.
“Tapi Anda jangan marah, dia (UEA) membawa China pula untuk
kemari. Dunia itu berputar, jadi kita jangan terlalu marah-marah, kenapa
Indonesia ke China? Ini malah Abu Dhabi membawa CEO-nya orang China. Jadi
inilah sekarang globalisasi itu,” katanya.
Komunitas Warga Aceh Singkil-Lintas Sektor dan Generasi
(Kowas-LSG) menanggapi rencana keikutsertaan China dalam investasi Uni Emirat
Arab (UEA) di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
Namun, Kowas-LSG sangat mendukung rencana investasi senilai
Rp7,1 Triliun yang akan dilakukan oleh UEA.
“Kowas-LSG menyatakan sikap: Investasi UEA di Aceh Singkil,
yess… Keikutsertaan China, No!!!,” kata Ketua Kowas-LSG, Syahyuril saat jumpa
pers di Sapo Belen, Singkil, Senin (13/9/2021) sore.
Syahyuril menjelaskan motif utama penolakan tersebut sebagai
upaya untuk mengantisipasi instabilitas kondisi tenaga kerja lokal. Sebab
kebijakan investasi China juga biasanya diiringi dengan pengiriman tenaga kerja.
“Hampir semua masyarakat di Indonesia banyak yang menolak
orang China. Orang China yang mau didatangkan kemari seolah-olah disini tidak
ada lagi tenaga kerja yang ahli, itu yang kita tolak,” tegas nya.
Menurut Kowas-LSG, di Aceh Singkil masih banyak tenaga ahli
yang mumpuni yang bisa terserap sebagai tenaga kerja, tidak musti mendatangkan
dari China.
Kowas-LSG, lanjut Syahyuril menolak keikutsertaan Investasi
China, sebab khawatir investasi berdampak pada penjajahan dari segi ekonomi.
“Orang-orang kita bisa saja tergiur kalau misalnya orang
China menawar kebun di Pulau itu 4 hektar dibayar 10 miliar, artinya kita akan
dijajah secara ekonomi,” ucapnya.
Disamping itu persoalan perbedaan budaya antara Indonesia
khususnya warga Aceh yang sangat jauh dengan China. Kita dengan mayoritas
muslim, sedang China merupakan negara komunis.
Perihal penolakan keikutsertaan China dalam Investasi UEA
ini, ungkap Syahyuril sudah disampaikan terhadap Sekda Aceh Singkil, Drs. Azmi.
“Bilamana ke Pemda dinilai masih kurang, kita akan sampaikan ke Pemprov dan DPR
RI,” ungkapnya.
Sebagai bentuk penolakan, Kowas-LSG juga hendak
membentangkan beberapa spanduk berisi penolakan keikutsertaan China dalam
investasi UEA yang dipasang mulai dari di Perbatasan Suro-Subulussalam, Tugu
Simpang Kanan, Rimo, Singkil Utara, Bandara Syekh Hamzah Famsuri, Tugu BPD
Singkil, Pelabuhan, Kuala Baru dan di Pulau Banyak.
Adapun beberapa pulau-pulau di Aceh Singkil yang dapat
dipertimbangkan sebagai lokasi pengembangan kawasan wisata mewah antara lain
adalah Pulau Ujung Batu, Pulau Sikandang, Pulau Balong, Pulau Asok, Pulau
Rago-rago, Pulau Orongan, Pulau Matahari, Pulau Tambarat dan Pulau Bangkaru.
Nah di sisi infrastruktur transportasinya, pemerintah juga
akan mengembangkan pelabuhan dan bandara. Mulai dari membangun Pelabuhan
Singkil dan pemugaran Bandara Syekh Hamzah Fansyuri.(red)