Berdamai dengan Kenyataan, Salimin Penyandang Tunanetra yang Pantang Menyerah

 

salimin warga singkohor  penyandang tunanetra 


Singkilnews.id-Bagi masyarakat Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil,selasa(17/8/2021).salimin mungkin tidak  asing lagi dengan pak tua ini, sebab saban hari setiap pagi beliau selalu berjalan kaki menuju 'kantor' nya  untuk mengambil pasir di sungai Lae Sipola.

Namanya Salimin (61) Pejuang tangguh menghidupi istri dan 3 orang anaknya. Menjadi tunanetra banyak yang memandang sebelah mata. Bahkan bisa saja meragukan kemampuan seseorang tersebut.

Dan ini dibuktikan oleh Salimin  salah satu penyandang tunanetra yang juga ternyata merupakan Sekretaris Umum  Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Cabang Aceh Singkil.

Salimin tak pernah kehilangan semangatnya bahkan semangat yang dimiliki nya berlipat ganda dari orang normal lainnya. Seolah-olah beliau  membuktikan kepada orang lain bahwa penyandang disabilitas juga bisa bekerja  seperti layak nya orang normal pada umumnya.

Meskipun tidak bisa melihat namun  pria kelahiran 1960 asal Cilacap Jawa Tengah  ini tidak mau berputus asa dan berpangku tangan kepada orang lain.

Selain bekerja sebagai pengambil pasir, Salimin  juga pernah  mengikuti berbagai pelajaran keterampilan keahlian dari Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Dinas Sosial Aceh, salah satu keahlian yang dimiliki nya adalah memijat

Meski memiliki keahlian memijat, namun kegiatannya sehari-hari adalah sebagai pengambil pasir berangkat pagi, pulang sore.

Pekerjaan ini sudah digelutinya selama 40 tahun sejak tahun 1982. Tak peduli ada orderan atau tidak namun Salimin terus bekerja memindahkan pasir dari sungai ke daratan.

Setiap hari rata-rata,  Ia bisa menghasilkan  tiga trip mobil, untuk per-trip nya ia dibayar Rp. 50.000

"Yah kalau tidak bekerja, ya tidak makan bang,kalau masih mampu  bekerja jangan merepotkan orang lain" kata nya penuh semangat.

Lae Sipola pun menjadi anugerah tersendiri bagi Salimin, sebab dengan mengambil pasir disini, ia bisa menghidupi anak dan istrinya.

Sempat saya singgung, apakah penglihatan Salimin masih bisa melihat sedikit, atau sama sekali tidak bisa melihat. Ternyata memang sama sekali tidak bisa melihat, ia mengenali orang-orang hanya  dengan suara.

"gelap total bang tidak ada  cahaya sedikit pun,   hanya mata batin kami yang diterangkan oleh Allah" katanya.

Seiiring usia yang sudah mulai renta ia juga berharap kepada pemerintah agar bisa memfasilitasi pekerjaan yang lebih ringan, sebab fisik nya sudah mulai lemah semakin bertambah usia tentu tenaga nya semakin berkurang..

"Usia sekarang sudah semakin tua, jika ada pekerjaan lain yang lebih ringan, tentu kami mau bang, sebab saya pastinya tidak sanggup lagi pekerjaan seperti ini karena faktor usia" katanya..

Dari kisah Salimin ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa tidak selamanya kekurangan itu bisa menghalangi kita untuk berusaha, dan semangat Salimin patut kita apresiasi.

Semoga dimudahkan Allah rezekinya yuk mari membantu beliau Semangat Terus Pak Salimin.(red)

Penulis:Wanhar Lingga

 

Related

SOSIAL 1955246318922336434

Post a Comment

emo-but-icon

item