Lampung di Aceh Singkil Hampir Hilang Di telan Jaman
https://www.singkilnews.id/2019/09/lampung-di-aceh-singkil-hampir-hilang.html
lampung di kampung tanah merah aceh singkil |
Dari hasil penelusuran awak Media Terlihat 1 unit bangunan
Lampung yang sudah tua, di sungai kampung Tanah Merah Kecamatan Gunung Meriah
Kabupaten Aceh Singkil, Minggu (15/09/2019).
Dulu, Lampung ini merupakan salah satu tempat masyarakat
singkil,baik yang berada di lae cinendang simpang kanan, maupun yang berada lae
sukhaya simpang kiri tempo dulu,
melakukan transaksi dagangan, sekaligus sebagai terminal sampan dan Kapal Boet
untuk mengambil Penumpang yang hendak bepergian dari satu desa ke desa lain.
Kini Lampung nyaris punah di grus jaman, namun saat ini
Lampung tersebut masih tersisa 1 unit lagi kondisinya sudah sangat
memprihatinkan,lapuk dan usang,yang Berada di sungai lae cinendang selebar
ratusan meter membentang di belakang Desa Tanah Merah.kecamatan gunung meriah
aceh singkil.
Dengan atap rumbia, Lampung ini merupakan salah satu dari sekian warisan budaya Singkil
masa tempo dulu.Meski disebut warung, namun aktivitas di Lampung ini tidak
semata untuk bersantai atau melepas penat saja, Juga digunakan sebagai tempat
membuat atau merajut jaring ikan yang rusak.
Pada masanya, Lampung digunakan sebagai tempat nelayan
menginap, persinggahan warga dan tempat bertransaksi berbagai bahan
makanan/sembako.
Kembali pada bagian kontruksinya, Lampung dibuat mengapung
dengan menggunakan pelampung belasan batang kayu bulat.Kayu-kayu itu disatukan sebagai tumpuan papan dan tiang
layaknya sebuah bangunan rumah.
Sementara agar tidak hanyut terbawa arus sungai, tali
seukuran jempol kaki orang dewasa dipasang di tepian sungai dan diikatkan pada
pangkal pohon kelapa yang mendekat ke pinggir sungai.
Lampung di bagi menjadi beberapa ruangan, ruang utama
merupakan tempat minum kopi dan istirahat.
Sedangkan ruangan lainya dibuat sebagai tempat tungku api
kayu untuk memasak air serta makan bokom, yakni mi instan yang diseduh air
panas dengan bumbu seadanya.Di sekeliling lampung merupakan tempat tambatan perahu
nelayan sungai yang menggantungkan hidupnya mencari ikan siang dan malam.
Nelayan gratis dan aman menambatkan perahu ke tiang dan
leger lampung sepanjang waktu, bahkan ruangan Lampung juga digunakan tempat
penitipan mesin. Lampung yang terlihat saat ini berukuran lebih kurang 10 x
25 meter dan tidak diketahui pasti berapa usianya.
Pemilik Lampung, Karim saat diconfirmasi menuturkan tidak
tau persis berapa usia Lampungnya saat ini, saya disini sudah puluhan tahun,
kata Karim.
Bayangkan, lampung ini saya beli dari saudara H. Pukak
Lampung, yang saat ini sudah pindah Desanya, itu sudah mencapai 20 tahun silam,
“tutur Karim. Namun ini merupakan Lampung terakhir yang ada di aliran
Sungai Singkil, ” ucap Karim.